Komitmen Up Brantas dalam Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan
Up Brantas berfokus pada peningkatan kinerja lingkungan melalui program PROPER, menerapkan praktik terbaik dalam pengendalian pencemaran, pengelolaan limbah, dan efisiensi sumber daya. Inovasi teknologi ramah lingkungan, seperti PLTA dan pengurangan emisi karbon, menjadi prioritas utama dalam menjaga keberlanjutan operasional perusahaan.
Lingkungan UP Brantas
5/8/202411 min read
Indeks Ekologi Hasil Pemantauan Ekologi
Berdasarkan perhitungan indeks ekologi keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), indeks dominansi Simpson (D), indeks kemerataan jenis Pielou (J) dan indeks kekayaan jenis Margalef (R), di area pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil analisis sebagai berikut;
Telah didapatkan hasil bahwa indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) flora dari seluruh titik pemantauan adalah sebesar 3.8124. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman flora pada area pemantauan termasuk pada kategori ‘keanekaragaman tinggi’. Hal ini menandakan bahwa di kawasan tersebut terjadi keseimbangan ekosistem dan hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik sekitarnya tergolong baik. Tingginya nilai indeks keanekaragaman juga menandakan bahwa tidak terdapat tekanan ekologi sehingga distribusi jenis, keanekaragaman jenis, dan stabilitas ekosistem berada pada tingkat tinggi. Secara tidak langsung habitat pada kawasan PT PLN Nusantara Power UP Brantas menyediakan kondisi yang ideal bagi berbagai jenis tanaman untuk tumbuh dan terdistribusi secara merata. Nilai tersebut juga menandakan bahwa kawasan PT PLN Nusantara Power UP Brantas memiliki jenis flora yang beragam dimana keanekaragaman ini akan menciptakan hubungan simbiosis positif terhadap keberagaman fauna di sekitarnya karena Pada dasarnya suatu keseimbangan ekosistem harus tetap terjaga agar keberlanjutan dan aliran energi pada kawasan tersebut terus mengalir (Effendi dkk., 2018).
Selanjutnya pada perhitungan indeks kemerataan jenis Pielou (J) flora dari seluruh titik pemantauan didapatkan hasil sebesar 0,7882. Nilai tersebut menunjukkan bahwa persebaran populasi flora pada area pemantauan adalah ‘tingkat kemerataan tinggi’. Artinya, terdapat banyak spesies flora yang berbeda dengan jumlah individu yang tersebar merata di seluruh area pemantauan. Hal ini menandakan bahwa kemerataan antar spesies relatif merata atau kelimpahan individu setiap spesies relatif setara. Keanekaragaman dan kemerataan spesies yang tinggi menunjukkan bahwa kawasan PT PLN Nusantara Power UP Brantas memiliki ekosistem yang sehat dan berkelanjutan. Nilai indeks kemerataan spesies yang tinggi menunjukkan bahwa tidak ada satu spesies flora yang mendominasi spesies flora lainnya pada kawasan pemantauan (Andrianni dkk., 2017).
Hasil analisis pada indeks kekayaan jenis Margalef (R) flora darat dari seluruh titik pemantauan adalah sebesar 38.2952. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kekayaan jenis pada area pemantauan termasuk dalam kategori ‘kekayaan jenis tinggi’. Semakin banyak jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas, maka semakin tinggi pula indeks kekayaan jenisnya. Nilai tersebut sangat dipengaruhi oleh banyaknya jumlah total individu flora yang ditemukan pada kawasan PT PLN Nusantara Power UP Brantas. Nilai indeks Margalef tidak hanya berdasarkan jumlah jenis tumbuhan, tetapi juga kelimpahan individu antar jenis. Jika hanya ada beberapa jenis tumbuhan yang mendominasi, nilai indeks kekayaan jenis Margalef akan lebih rendah. Hal ini juga berbanding lurus dengan tingginya nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dimana semakin besar nilai indeks Margalef menunjukkan semakin tinggi pula keanekaragamannya (Boontawee dkk., 1995). Salah satu faktor pendukung tingginya nilai indeks kekayaan jenis Margalef (R) adalah ketersediaan sumber daya serta kondisi fisik habitat pada kawasan PT PLN Nusantara Power UP Brantas yang cukup baik.






















Distribusi Spesies Flora.
Pada saat pemantauan dari 126 spesies flora yang dijumpai terdapat 7 jenis spesies yang masuk dalam CITES Checklist dengan status Appendix II, Hal tersebut mengindikasikan bahwa flora tersebut tidak boleh atau sangat terbatas untuk bisa diperdagangkan secara internasional. Dari 7 jenis flora tersebut antara lain Dracaena hijau (Dracaena fragrans), Tricolor merah (Dracaena marginata), Nyanyian dari india (Dracaena reflexa), Mawar jambe (Cycas revoluta), Nolina (Beaucarnea recurvata) dan Tabebuya kuning (Tabebuia chrysotrichu). Spesies tersebut tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin akan terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Salah satu kegiatan eksploitasi yaitu kegiatan perdagangan yang dilakukan secara terus menerus tanpa ada regulasi di dalamnya. Perdagangan internasional spesies dengan status ini harus disertai izin ekspor CITES dari negara pengirim sebelum dapat masuk ke negara pengimpor dan izin yang didapat harus melalui sumber yang legal.
Selanjutnya berdasarkan kategori status konservasi IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) terdapat 7 kategori untuk tanaman di area PT PLN Nusantara Power UP Brantas. Kategori pertama Endangered (EN) atau terancam, tanaman yang masuk kategori terancam adalah pohon Jati (Tectona grandis). Endangered (EN) merupakan status konservasi untuk spesies yang sedang menghadapi resiko kepunahan di alam liar dalam waktu dekat. Kategori kedua adalah Near Threatened (NT) atau hampir terancam. Flora pada kawasan PT PLN Nusantara Power UP Brantas yang termasuk kedalam kategori NT adalah Palem kuning (Dypsis lutescens). Suatu takson termasuk dalam kategori hampir terancam atau Near Threatened apabila hasil evaluasinya tidak memenuhi kriteria untuk digolongkan ke dalam kategori Critically Endangered, Endangered, atau Vulnerable pada saat ini, namun dapat dikualifikasikan menjadi atau besar kemungkinan menjadi takson yang terancam di waktu dekat. Kategori ketiga adalah Least Concern (LC) atau risiko rendah untuk punah. Banyak ditemukan spesies tanaman yang termasuk kedalam kategori Least Concern (LC), yakni sebanyak 53 spesies tanaman. Spesies dikategorikan sebagai Least Concern (LC) jika populasinya stabil dan tidak berisiko tinggi punah di alam liar. Spesies ini masih memerlukan pemantauan, tetapi tidak dianggap sebagai prioritas utama untuk upaya konservasi. Kategori keempat adalah Data Deficient (DD) atau data yang tersedia masih kurang. Tanaman yang tergolong kedalam kategori Deficient (DD) antara lain Belimbing (Averrhoa carambola), kelengkeng (Dimocarpus longan), Mangga (Mangifera indica) dan Sawo kecik (Manilkara kauki). Spesies dikategorikan sebagai Data Deficient (DD) jika informasi yang tersedia tidak cukup untuk menentukan status konservasi tanaman tersebut secara akurat. Kurangnya data ini dapat disebabkan oleh penelitian yang tidak memadai atau distribusi spesies tanaman yang sulit diamati. Kategori selanjutnya adalah Vulnerable (VU). Tanaman yang termasuk kedalam kategori VU adalah Cemara norfolk (Araucaria heterophylla) dan Cemara udang (Casuarina equisetifolia). Tanaman yang termasuk kedalam kategori VU merupakan tanaman yang memiliki risiko kepunahan yang sangat tinggi. Kategori tanaman terakhir adalah Critically Endangered (CR) atau menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi. Tanaman yang termasuk kedalam kategori CR adalah Nolina (Beaucarnea recurvata) dan Palem botol (Hyophorbe lagenicaulis.








AVIFAUNA (BURUNG)
Avifauna, atau yang biasa disebut burung, adalah jenis hewan yang memiliki kemampuan mobilitas tinggi, yang menyebabkan persebarannya sangat luas di seluruh dunia (Hasyimuddin et al., 2021). Secara morfologi, burung memiliki bulu yang menutupi tubuhnya, dua pasang anggota gerak dengan ekstremitas anterior yang termodifikasi menjadi sayap dan ekstremitas posterior yang digunakan untuk hinggap dan berenang.
Burung memainkan peranan ekologis yang penting dalam ekosistem. Mereka menjaga kesehatan lingkungan dengan berperan sebagai penyebar biji-bijian bagi spesies pemakan biji-bijian, sehingga dapat menjadi polinator, dan sebagai pengendali hama bagi spesies pemakan daging atau serangga (Ma’ruf et al., 2023). Selain itu, burung adalah bioindikator yang baik untuk mengetahui kondisi keanekaragaman hayati karena mereka memiliki kemampuan untuk hidup di semua habitat di seluruh dunia, memiliki kepekaan terhadap perubahan lingkungan, taksonomi yang relatif lebih berkembang, dan informasi mengenai persebaran geografis setiap spesies burung telah terdokumentasi dengan baik. Oleh karena itu, keberadaan spesies burung dapat menjadi dasar yang baik untuk pembuatan rencana strategi konservasi
Indeks Ekologis Komunitas Avifauna
Indeks ekologi adalah indeks yang digunakan untuk mengukur parameter ekologis pada suatu area tertentu. Pada pengamatan avifauna di PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutamidigunakan empat jenis indeks ekologi yaitu indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), indeks dominansi Simpson (D), indeks kemerataan jenis Pielou (J) dan indeks kekayaan jenis Margalef (R). Diketahui Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dari komunitas burung di area PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutamipada bulan Juli 2024 memiliki nilai sebesar 3.32 yang termasuk kedalam kategori ‘sangat tinggi’. Kategori tingkat keanekaragaman berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) adalah, jika nilai (H’) lebih dari 3.00 maka termasuk kategori keanekaragaman sangat tinggi.
Indeks kemerataan jenis Pielou (J) komunitas burung di area PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutami pada bulan Juli 2024 memiliki nilai sebesar 0.9495 yang merepresentasikan bahwa kemerataan antar spesies burung relatif merata atau kelimpahan individu setiap spesies relatif setara.
Kekayaan jenis (spesies richness) ditentukan dengan menggunakan Indeks kekayaan jenis Margalef, yang berfungsi untuk mengetahui kekayaan jenis setiap spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai. Semakin banyak jumlah spesies yang ditemukan dalam suatu lokasi maka nilai indeks kekayaan jenis Margalef (R) juga akan meningkat (Magurran, 1990). Berdasarkan hasil pemantauan dan analisis nilai indeks kekayaan jenis (R) di area PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutami pada bulan Juli 2024 memiliki nilai (R) sebesar 6,0453 yang termasuk kedalam kategori tinggi.
Indeks dominansi Simpson (D) digunakan untuk mengetahui pemusatan atau penguasaan jenis burung pada suatu komunitas burung tertentu yang menggunakan persamaan matematis. Jika nilai indeks dominansi Simpson semakin tinggi (D mendekati 1,00) berarti tingkat keanekaragaman dalam komunitas adalah semakin rendah (terdapat taksa-taksa tertentu yang mendominasi). Sebaliknya jika nilai indeks dominansi Simpson semakin rendah (D mendekati 0,00) berarti tingkat keanekaragaman tinggi. Hasil analisis dan perhitungan nilai dominansi Simpson (D) pada area PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutamipada bulan Juli 2024 memiliki nilai sebesar 0,04 yang menunjukkan bahwa tingkat dominansi avifauna di lokasi pengamatan tergolong dalam kategori ‘rendah’atau tidak ada spesies yang mendominansi.
Berdasarkan data yang didapat, pada komunitas avifauna yang ditemui di PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutami periode tahun 2024 ditemukan adanya beberapa spesies burung yang termasuk kedalam prioritas hewan yang dilindungi secara nasional maupun internasional berdasarkan Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi seperti Haliaeetus leucogaster (Elang laut), Centropus nigrorufus (Bubut Jawa). Pada IUCN Redlist seperti Centropus nigrorufus (Bubut Jawa), Zosterops melanurus (Kacamata biasa) dengan status “vulnerable” dan pada Appendix CITES dengan tingkat Appendix II yakni Haliaeetus leucogaster (Elang laut) serta terdapat beberapa burung yang teridentifikasi endemik Jawa Seperti Centropus nigrorufus (Bubut Jawa), Arborophila javanica (Puyuh gong gong Jawa), dan Halcyon cyanoventris (Cekakak Jawa)






INSEKTA
Insekta adalah kelompok hewan bersegmen yang termasuk dalam filum Arthropoda atau hewan berbuku-buku. Insekta memiliki tubuh yang terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Serangga tergolong dalam kelas Insekta, adalah kelompok hewan yang sangat beragam, dengan lebih dari satu juta spesies yang telah teridentifikasi.
Diketahui bahwa indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) insekta dari seluruh titik pemantauan adalah sebesar 3.878. Angka tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman insekta pada area pemantauan termasuk pada kategori “keanekaragaman tinggi”. Nilai indeks keanekaragaman ini juga dapat berarti kawasan PT. PLN Nusantara Power UP Brantas PLTA Sutami memiliki beragam jenis insekta yang akan menciptakan hubungan simbiosis positif terhadap habitatnya.
Indeks dominansi Simpson (D) insekta dari seluruh titik pemantauan adalah sebesar 0,025. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman dalam komunitas semakin tinggi atau dengan kata lain kategori nilai “dominansi rendah”. Dapat dikatakan juga bahwa tidak terdapat spesies yang mendominasi dalam komunitas sehingga struktur komunitas dalam keadaan stabil.
Indeks kemerataan jenis Pielou (J) insekta dari seluruh titik pemantauan adalah sebesar 0,951. Angka tersebut menunjukkan bahwa persebaran populasi insekta pada area pemantauan adalah “kemerataan tinggi”. Hal ini menandakan bahwa kemerataan antar spesies relatif merata atau kelimpahan individu setiap spesies relatif setara.
indeks kekayaan jenis Margalef (R) insekta dari seluruh titik pemantauan adalah sebesar 9.404. Angka tersebut menunjukkan bahwa kekayaan jenis pada area pemantauan termasuk dalam kategori “kekayaan jenis rendah”. Semakin banyak jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas, maka semakin tinggi pula indeks kekayaan jenisnya (Magurran, 1988).
Data populasi insekta yang dijumpai di PT. PLN Nusantara Power UP Brantas PLTA Sutami tidak ditemukan adanya spesies insekta yang termasuk kedalam prioritas hewan yang dilindungi secara nasional maupun internasional berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi, IUCN Redlist dan CITES (Tabel x). Secara IUCN Redlist ditemukan sebanyak 20 spesies Least Concern (LC), 1 spesies Data Deficient (DD), 1 spesies Vulnerable (VU), dan spesies yang belum terevaluasi Not Evaluated (NE) sebanyak 37 spesies. Takson yang tergolong kategori Least Concern merupakan taksa yang telah terevaluasi dan tergolong spesies kategori rendah tidak masuk dalam kategori Redlist.
MAMALIA
Mamalia adalah salah satu kelas dalam kingdom Animalia yang memiliki keistimewaan baik dalam hal fisiologi maupun susunan saraf dan tingkat intelegensinya sehingga taksa ini memiliki sebaran hidup yang luas (Simpson., 1937). Salah satu sebaran mamalia terbanyak di dunia terdapat di indonesia. Dari banyaknya jenis mamalia di Indonesia 36% diantaranya endemik indonesia (Mustari, et al. 2010).
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dari komunitas mamalia di area PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutami pada bulan Juli 2024 memiliki nilai sebesar 1,57 yang termasuk kedalam kategori ‘sedang’.
Indeks kemerataan jenis Pielou (J) komunitas mamalia di area PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutami pada bulan Juli 2024 memiliki nilai sebesar 0,9755 yang merepresentasikan bahwa kemerataan antar spesies mamalia relatif merata atau kelimpahan individu setiap spesies relatif setara.
Berdasarkan hasil pemantauan dan analisis nilai indeks kekayaan jenis (R) di area PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutamipada bulan Juli 2024 memiliki nilai (R) sebesar 1.3839 yang termasuk kedalam kategori rendah.
Hasil analisis dan perhitungan nilai dominansi Simpson (D) pada area PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutami tahun 2024 memiliki nilai sebesar 0,21 yang menunjukkan bahwa tingkat dominansi mamalia di lokasi pengamatan tergolong dalam kategori ‘rendah’atau tidak ada spesies yang mendominansi.
Hasil pemantauan jenis mamalia yang ditemukan pada PT PLN Nusantara Power UP Brantas - PLTA Sutami periode pengamatan tahun 2024. Tiga diantaranya telah dievaluasi oleh IUCN Redlist dengan status Least Concern (LC) yakni, Herpestes javanicus, Rattus rattus dan Callosciurus notatus. Selain dari IUCN Herpestes javanicus atau garangan Jawa masuk dalam CITES Checklist Appendix III yang mana hewan tersebut tidak terancam punah namun dilindungi di negara tertentu.








HERPETOFAUNA
Herpetofauna adalah istilah yang mengacu pada kelompok hewan yang mencakup reptil dan amfibi. Kedua kelompok ini memainkan peran penting dalam ekosistem, seperti pengendalian populasi serangga dan sebagai bagian dari rantai makanan. Herpetofauna juga sering menjadi indikator kesehatan lingkungan karena sensitivitas mereka terhadap perubahan habitat dan polusi lingkungan terutama pada perairan (Subeno, 2018).
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) herpetofauna dari seluruh titik pemantauan adalah sebesar 1.920. Angka tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman herpetofauna pada area pemantauan termasuk pada kategori “keanekaragaman sedang”. Hal ini menandakan bahwa di kawasan tersebut tidak terdapat tekanan ekologi atau gangguan yang ada relatif kecil, sehingga distribusi jenis, keanekaragaman jenis, dan stabilitas ekosistem berada pada tingkat sedang.
indeks dominansi Simpson (D) herpetofauna dari seluruh titik pemantauan adalah sebesar 0,162. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman dalam komunitas semakin tinggi atau dengan kata lain kategori nilai “dominansi rendah”. Dapat dikatakan juga bahwa tidak terdapat spesies yang mendominasi dalam komunitas sehingga struktur komunitas dalam keadaan stabil.
indeks kemerataan jenis Pielou (J) herpetofauna dari seluruh titik pemantauan adalah sebesar 0,923. Angka tersebut menunjukkan bahwa persebaran populasi herpetofauna pada area pemantauan adalah “kemerataan tinggi”. Hal ini menandakan bahwa kemerataan antar spesies relatif merata atau kelimpahan individu setiap spesies relatif setara.
indeks kekayaan jenis Margalef (R) herpetofauna dari seluruh titik pemantauan adalah sebesar 1.953. Angka tersebut menunjukkan bahwa kekayaan jenis pada area pemantauan termasuk dalam kategori “kekayaan jenis rendah”. Semakin banyak jumlah jenis yang ditemukan dalam komunitas, maka semakin tinggi pula indeks kekayaan jenisnya (Magurran, 1988).
Data populasi herpetofauna yang dijumpai di PT. PLN Nusantara Power UP Brantas PLTA Sutami tidak ditemukan adanya spesies herpetofauna yang termasuk kedalam prioritas hewan yang dilindungi secara nasional maupun internasional berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi dan IUCN Redlist (Tabel x). Secara IUCN Redlist semua spesies herpetofauna yang ditemukan berstatus ditemukan Least Concern (LC). Takson yang tergolong kategori Least Concern merupakan taksa yang telah terevaluasi dan tergolong spesies kategori rendah tidak masuk dalam kategori Redlist. Berdasarkan CITES terdapat dua satwa yang memiliki status Appendix II atau yang dimaksud daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tapi berpotensi terancam punah apabila diperdagangkan tanpa adanya pengaturan yaitu spesies Tokek rumah (Gecko gecko) dan Ular piton sanca (Malayophyton reticulatus). Berdasarkan persebaran spesies yang dijumpai tidak ditemukan adanya satwa endemik Jawa.
